1. Pengertian Dakwah
Secara
bahasa, “Dakwah” berasal dari kata Arab دعا- يدعو- دعوة
yang
berarti: “ajakan, seruan, panggilan, undangan”.
Sedang
menurut pakar, pengertian dakwah sebagai berikut:
Dr.
Hamzah Ya’kub mendefinisikan dakwah ialah mengajak umat manusia
dengan hikmah kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk Allah
dan rasul-Nya.
Drs.
Barmawi Umari menambahkan bahwa dakwah mengajak orang kepada
kebenaran, mengerjakan perintah, menjauhi larangan agar memperoleh
kebahagiaan dimasa sekarang dan yang akan datang.
Setelah
kita mengetahui pendapat-pendapat dari beberapa
pakar
mengenai dakwah ini, kita dapat mengetahui adanya persamaan persamaan
unsur
tertentu, antara lain:
a.
Unsur mengajak ke jalan yang benar menurut garis-garis dan ketentuan-ketentuan
yang telah ditetapkan dalam agama Islam.
b.
Unsur amar ma’ruf nahi munkar, yakni menyuruh manusia untuk melakukan
amal kebajikan serta melarang manusia untuk berbuat kurang
baik.
c.
Unsur tujuan hidup manusia, yakni untuk memperolah kemaslahatan dan
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Melihat
persamaan-persamaan tersebut maka penulis akan mengambil
kesimpulan tentang pengertian dakwah yaitu mengajak dan sebagainya
kepada manusia lain baik perorangan maupun kelompok
agar
melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar sesuai ajaran Islam secara penuh
guna memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.
2. Dasar Kewajiban Dakwah
Dasar
dari kewajiban dakwah ialah Al Qur’an surat Al-Imron
ayat
104:
ولتكن منكم امة يدعون الى الخير ويأمرون بالمعروف وينهون عن
المنكر واولئك هم المفلحون.
Artinya:
“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan
mencegah dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang
beruntung”
Kemudian
pada surat An-Nahl ayat 125, Allah menegaskan:
ادع الى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم بالتي هى
احسن ان ربك هو اعلم بمن ضل عن سبيله وهو اعلم بالمهتدين.
Artinya:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang
siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.
Meskipun
seorang muslim mendapat perintah Allah untuk menyerukan
manusia, memperbaiki kehidupan sesuai jalan Allah, akan tetapi
dalam prakteknya Islam memberi kebebasan manusia untuk
menentukan
agamanya. Firman Allah dalam surat Al Baqarah: 256.
لااآره فىالدين قد تبين الرشد من الغي.
Artinya:
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam). Sesungguhnya
telah jelas jalan yang benar dari pada jalan yang
Salah....”
3. Unsur-unsur Dakwah
Suatu
aktifitas bila berjalan sebagaimana mestinya pastilah ada unsur-unsur
yang saling mendukung satu sama lain. Begitu juga dengan aktivitas
dakwah, terdapat unsur-unsur yang saling mempengaruhi.
Dakwah
ini memiliki lima unsur pokok yaitu:
a.
Subyek (da’i)
Da’i
merupakan pelaksana kegiatan dakwah, baik secara individu
maupun secara kelompok (organisasi). Da’i merupakan Salah
satu unsur dari dakwah. Dakwah tidak mungkin terselenggara
walaupun
unsur-unsur yang lainnya terpenuhi dengan sempurna. Da’i
adalah seorang muslim yang memiliki syarat-syarat dengan
kemampuan tertentu yang dapat melaksanakan dakwah dengan
baik. Da’i biasa juga disebut dengan mubaligh yang merupakan
pelaksana dakwah serta juru dakwah.
Adapun
syarat-syarat yang diperlukan untuk menjadiseorang
da’i menurut Hafi Anshari antara lain:
1)
Persyaratan jasmani (fisik)
Kesehatan
jasmani menjadi faktor yang penting dalammemperlancar
dakwah disamping itu juga kondisi jasmani dan penampilan
fisik seorang da’i akan menjadi kebanggaan bagi mad’u.
Persyaratan yang dimaksud meliputi: kesehatan jasmani secara
umum, keadaan tubuh bagian dalam dan keadaan tubuh mengenai
cacat atau tidak
2)
Persyaratan ilmu pengetahuan
Persyaratan
ilmu pengetahuan ini berkaitan dengan pemahaman da’i
terhadap unsur-unsur dakwah yang ada seperti mad’u,materi,
media serta tujuan dakwah.
3)
Persyaratan kepribadian
Sebagai
pemimpin yang akan menjadi panutan, sudah barang tentu
haruslah mempunyai kewibawaan, sedangkan kewibawaan itu
terwujud ditentukan oleh faktor kemampuan da’i untuk
memulai
dari dirinya lebih dahulu sebagai contoh danketeladanan.
Seorang
da’i haruslah mempunyai kepribadian yang baik, watak dan
sikapnya menyenangkan, perlakunya baik dan bisa dijadikan contoh,
perkataannya selalu benar, sedangkan sifat-sifatnya
mulia
dan terpuji, akhlaknya juga baik, yang kesemuanya itu tercermin
didalam kepribadian Rasulullah SAW.
b.
Obyek (mad’u)
Masyarakat
sebagai penerima dakwah, sasaran dakwah atau kepada
siapa dakwah itu ditujukan. Karena penerima dakwah adalah individu
ataupun masyarakat, tentu akan dijumpai mad’u yang latar
belakangnya
berbeda-beda. Untuk menghadapi ini da’i atau mubaligh
melengkapi dirinya dengan pengetahuan ilmu jiwa (psikologi),
sosiologi, ilmu politik, ilmu sejarah, antropologi dan lain
sebagainya. Dalam menghadapi mad’u yang latar belakangnya berbedabeda seperti
jenis kelamin, tingkat umur, tingkat pendidikan, sosial ekonomi,
dan lain-lain maka da’i harus membekali diri dengan disiplin
ilmu yang mendukung. Oleh sebab itu mad’u memiliki keunikan
individu artinya setiap individu memiliki karakteristik, sifat,
kebutuhan dan sebagainya yang berbeda-beda.
c.
Materi dakwah
Materi
dakwah kadang-kadang disebut dengan ideologi dakwah
yaitu ajaran Islam itu sendiri. Ajaran Islam berpangkal pada dua
pokok yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW. Kedua hal
tersebut menjadi landasan da’i dalam menyampaikan pesannya. Ia
tidak boleh menyimpang dan harus selalu belajar dan menggali ajaran
Islam guna menambah wawasan keIslaman, yang nantinya diharapkan
menjadi modal da’i untuk lebih menguatkan mad’u dalam
memahami Islam.
Adapun
materi dakwah itu sendiri dapat diklasifikasikan menjadi
tiga hal pokok yaitu:
1)
Akidah, yaitu menyangkut sistem keimanan/kepercayaan terhadap
Allah SWT.
2)
Syariah, yaitu serangkaian ajaran yang menyangkut aktifitas manusia
muslim didalam semua aspek hidup dan kehidupannya, mana
yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan, mana
yang
halal dan haram dan lain sebagainya
3)
Akhlak, yaitu menyangkut tata cara berhubungan dengan Allah maupun
sesama makhluk dan seluruh makhluk-makhluk Allah.
d.
Media dakwah
Media
dakwah adalah alat yang dipakai sebagai perantara untuk
melaksanakan kegiatan dakwah. Adapun alat-alat tersebut antara
lain:
1)
Dakwah melalui saluran lisan
Yang
dimaksud dakwah secara lisan adalah dakwah secaralangsung
dimana da’i menyampaikan ajakan dakwahnya kepada mad’u.
2)
Dakwah melalui saluran tertulis
Dakwah
dengan saluran tertulis adalah kegiatan dakwah yangdilakukan
melalui tulisan-tulisan. Kegiatan dakwah tertulis ini dapat
dilakukan melalui surat-surat kabar, majalah, buku-buku, buletin
dan lain sebagainya.
3)
Dakwah melalui alat-alat audio visual
Alat
audio visual adalah peralatan yang dipakai untuk menyampaikan
pesan dakwah yang dapat dinikmati dengan mendengar
dan melihat. Peralatan audio visual ini antara lain: TV,
seni drama, wayang kulit, video cassete dan lain sebagainya.
4)
Dakwah melalui keteladanan.
Dakwah
yang paling efektif adalah bentuk penyampaian pesan dakwah
melalui bentuk percontohan atau keteladanan dari da’i. Dengan
demikian akan menampakkan adanya bentuk yang konsekuen
antara pernyataan dan pelaksanaan.
e.
Tujuan dakwah
Dalam
hidup orientasi manusia mencari kebahagiaan seperti makan,
minum, bergaul, menempuh pendidikan, bekerja dan sebagainya
adalah contoh-contoh keseharian. Namun menurut Islam,
kebahagiaan yang hakiki hanyalah mengingat Allah. Jadi bukan
sebab tingginya jabatan status sosial seseorang maupun harta berlimpah,
manusia mencapai derajat kebahagiaan yang sesungguhnya.
Firman
Allah dalam surat Ar-Ra’du ayat 28:
الذين امنوا وتطمئن قلوبهم بذآرالله الابذآرالله تطمئن القلوب.
Artinya:
“(yaitu) orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram
dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingat
Allah hati menjadi tentram”.
Menurut
Abdur Rasyid Saleh usahadakwah baik
dalam bentuk menyeru atau mengajak umat manusia agar bersedia menerima dan
memeluk Islam, maupun dalam bentuk amar ma’ruf nahi munkar, tujuannya dalam
terwujudnya kebahagiaan
dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang diridloi Allah SWT.
REFERENSI
Ya’kub, Hamzah.
1981. Publisistik Islam. Bandung:
Diponegoro
Umari, Barwawi.
1969. Azas-azas
Ilmu Dakwah. Surakarta: Ramadhani
Depag. RI, 1989. Al Qur’an dan Terjemahnya. Semarang:
Toha Putra
Anshari,HM. 1993. Hafi Pemahaman dan Pengamalan Dakwah. Surabaya
: Al Ikhlas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar